Rabu, 04 Maret 2015

THE SUM IS GREATER THAN THE PARTS



Harvard Kennedy School
Gramedia Pustaka Utama
320 Halaman

Pemerintah Indonesia memiliki target negara ini dapat bergabung dalam daftar negara berpendapatan menengah atas pada tahun 2025. Jika Indonesia dapat meningkatkan PDB riil tahunan per kapita sebesar 8,5 persen selama sepuluh tahun ke depan, tujuan ini dapat terwujud. Tetapi berdasarkan proyeksi saat ini, hal itu tidak akan dapat tercapai. Ada tiga hal yang menghambat: pengangguran, penurunan daya saing, dan meningkatnya ketimpangan.

Kendala utama dalam mempercepat pertumbuhan inklusif yang berkelanjutan adalah bahwa Indonesia tidak memanfaatkan keuntungannya sebagai negara besar atau keuntungan komparatif dinamik internasionalnya. Indonesia terhambat oleh fragmentasi ekonomi lokal dan marjinalisasi ekonomi global. Pada saat ini, keseluruhannya bernilai lebih rendah dari bagian-bagiannya.

Berdasarkan sejarah dan situasi Indonesia saat ini, bangsa ini memiliki tiga pilihan jalur pengembangan masa depan: reaktif, proaktif, dan transformatif. Reaktif adalah sebutan paling mendekati untuk tindakan pemerintah saat ini yang cenderung "bergerak tanpa perencanaan”; proaktif merujuk pada kebijakan yang dilakukan untuk merespons krisis besar yang telah lalu seperti kurang gizi dan kemiskinan pedesaan di tahun 1960an dan ambruknya harga minyak pada 1980an; dan transformatif, atau metamorfosis fundamental, yang menggambarkan kebijakan yang memungkinkan "Empat Macan Asia” menjadi negara-negara berpendapatan tinggi.

"Ini merupakan laporan yang menarik, sesuai topik, dan tepat waktu. Dalam perkembangan ekonomi, sosial, dan politik jangka panjang, Indonesia telah mencatat sukses besar selama 45 tahun terakhir. Tetapi keberhasilan masuk kelompok negara berpendapatan menengah dan mempertahankan momentum pengembangan menghadapi tantangan yang berat, terlebih dalam lingkungan ekonomi dunia yang sulit diprediksi. Laporan ini menampilkan, membahas secara analitis, dan menginvestigasi secara konstruktif tantangan-tantangan ini. Laporan ini berargumentasi secara persuasif bahwa ‘cukup baik tidak cukup’: bahwa Indonesia tidak tumbuh secara cukup cepat untuk memenuhi tujuan transformasi ekonominya yang ambisius dan agenda sosialnya yang menantang. Buku ini wajib dibaca oleh para pembuat kebijakan, akademisi, dan masyarakat madani.”
—Hal Hill, H.W. Arndt Professor of Southeast Asian Economies, Australian National University

"Setengah abad yang lalu Indonesia merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Setelah itu negara ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang substansial dan pada akhir 1990an mengalami reformasi sistem politik yang mengarah pada penciptaan demokrasi yang lebih baik. Walaupun pertumbuhan ekonomi terus berlanjut hingga dekade terakhir, terlalu banyak pertumbuhan tersebut bergantung pada kenaikan harga sumberdaya alam—yang justru saat ini mulai turun. Buku ini membahas lebih dari sekadar bagaimana pertumbuhan telah terjadi pada masa lalu yang membentuk pilihan-pilihan yang kini dihadapi Indonesia. Ini adalah penelitian besar yang wajib dibaca setiap orang yang peduli mengenai masa depan Indonesia.”
—Dwight H. Perkins, Harold Hitchings Burbank Research Professor of Political Economy, Harvard University

Harga: Rp. 90.000,- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar